GUS DUR, BUKU, dan BAIT BAIT PROGRESIF

GUS DUR, BUKU, dan BAIT BAIT PROGRESIF

Apakah Anda tau apa itu buku? Pastinya mengerti rupa dan gesture buku, kumpulan kertas yang memiliki halaman, sederhananya begitu. Buku dan berbagai persoalan di dalamnya seketika menyatukan menjadi tumpukan yang penuh dengan gagasan murni penulisnya. Di negara indonesia sosok yang sangat familiar KH. Abdurahman Wahid atau di sapa “GUS DUR” merupakan mantan presiden ke-4 indonesia, Beliau diturunkan menjadi presiden sebelum habis masa periode jabatannya dengan latar belakang politik dan kedewasaan demokrasi indonesia, sayangnya tulisan ini tidak membahas itu. Melainkan Membahas Buku dan pemikiran progresif beliau turut mewarnai masyarakat indonesia, ketika beliau muda.

 

Sosok Gus Dur dan buku adalah kesatuan dan memiliki kesamaan di antara keduanya, yakni tidak gampang tuk menafsirkannya. Bagaikan Ibnu Sina yang merenungi isi buku Aristoteles hingga khatam 40 kali dan hafal, namun sang filsuf dari uzbekistan tak dapat memahami buku teori metafisika dari Aristoteles hingga pada akhirnya sang filsuf berhasil membuat teori kedokteran yang di kenal dengan “avicena” di barat, Karyanya yang paling terkenal adalah Kitab Penyembuhan dan Qanun Kedokteran (Al-Qanun fi At Tibb).

 

Gus Dur adalah cucu pendiri Nahdlatul ulama (NU) Hadratusyikh Hasyim Asy’ari pastinya Gus Dur sangat akrab dengan kalangan pesantren dan ajaran-ajaran di dalamnya. Dalam kalangan seperti ini Gus Dur tidak meninggalkan kecintaan beliau pada buku. Bahkan dalam literatur tentangnya Gus Dur pernah mengkhatamkan Buku Das Capital: Critique of Political Economy berisikan kritikan Karl Marx mengenai sistem ekonomi kapitalisme, eksploitasi kaum proletariat oleh pemegang modal, dan pergolakan kelas sosial.

 

Ketika ayahnya meninggal karena kecelakaan, maka pendidikan Gus Dur dibina langsung sang bunda, Solichah Munawaroh. Walau sibuk berdagang dan mengajar majelis, sang ibu tetap mendorong anak-anaknya untuk gemar membaca. Bahkan ketika keluar rumah, Gus Dur selalu membawa buku. Greg Barton menuliskan dalam “The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid”, Gus Dur mulai rakus membaca ketika tahun 1954 dirinya dikirim ke Yogyakarta untuk menempuh studi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di kota pelajar tersebut Gus Dur girang bukan main karena mudahnya akses untuk mendapatkan buku.

 

Pada tahun 1953 Gus Dur memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat (SR) di Jakarta, Kemudian tahun 1956 lanjut di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Yogyakarta dan menjadi santri di pondok milik KH Ali Ma’shum. Kemudian pindah ke Pondok Tegalrejo magelang, dan pindah lagi ke pondok pesantren Tambak Beras jombang pada tahun 1959-1963. Dan Gus Dur pernah belajar private bahasa inggris kepada salah satu tokoh GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia) yaitu mantel PKI (Partai Komunis Indonesia) yang memiliki sejarah kelam.

 

Sejak kenal pemikiran Marxisme, di majalah Tempo Gus Dur pernah menulis tentang islam yang telah mengalami “perubahan” , mungkin yang di maksudkan adalah gerakan islam di indonesia pada tahun 1997.

 

Dalam mengenyam pendidikan S1 di mesir (1964-1966) Gus Dur lebih sibuk menjadi bagian dari partai Ba’aths, sebuah partai nasionalis yang menyerukan revolusi total dalam konsep dan nilai-nilai peradaban untuk dilebur dan dialihkan ke pangkuan sosialisme., Partai Ba’aths merupakan partai yang di pengaruhi oleh ide sosialisme dan marxisme di dirikan oleh Michael Aflaq, seorang kristen Gereja Ortodoks (maronit) yang punya komitmen kuat kepada Gereja timur, partai ini di mesir sangat membuang jauh kaum muslim. Menurut Khalid Mawardi (mantan Dubes Indonesia di Syiria ) , Gus Dur bukan saja tertarik pada partai ini, bahkan menjadi anggota inti partai.

 

Selama di mesir, Gus Dur gemar berkunjung di perpustakaan kota dan milik Universitas. Bahkan seharian penuh Gus Dur pernah berdiam diri menelusuri literatur-literatur yang ada. Sebagai Seorang remaja, ia bergulat dengan tulisan Plato-Aristoteles, Serta Pemikiran penting dari cendekiawan islam abad pertengahan (Greg Barton).

 

Dengan perjalanan dan fakta seperti ini, tidak heran apabila pandangan Gus Dur sangat luas dalam menerjemahkan Alam Semesta serta isi-isinya. Pemikiran Gus Dur yang belum tentu ilmuwan dan ulama sepenuhnya bisa mengejawantahkan-nya. ketika beliau Menjadi Ketua Tanfidziya PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) banyak dari jajarannya yang menyatakan memundurkan diri dari kepengurusan. di yakini ada faktor Gus Dur tidak searah dengan jalur NU dan sebagainya. salah satunya atas pembelaan Gus Dur “Asslamualaikum” boleh di ganti dengan “Selamat Pagi”, nyeleneh.

 

Kemanusiaan yang di tegakan Gus Dur di negara ini cukup benar adanya, ketika Gus Dur mati-matian membela Inul penyanyi dangdut fenomenal asal pasuruan, Jawa Timur. “Goyang ngebor” yang Inul peragakan menuai Ninyiran dari masyarakat dan tokoh publik, artis, Komunitas , dan ulama di Indonesia, karena goyangan itu merupakan kategori porno-aksi. Inul mulai lebih terancam akan di usir dari Jakarta karena menolak Rancangan UU Anti Pornografi-Porno-Aksi, UU yang akan mengakhiri karir Inul.

 

Bagi Gus Dur “Setahu saya kebebasan berekspresi dan berkesenian tidak bertentangan dengan Undang-Undang”, di kutip Gatra, Selasa, 29 April 2003. Pemboikotan kepada inul yang di lakukan oleh H. Roma Irama dan Hj. Camelia Malik turut mendapat sekakmat dari Gus Dur . Ia menekankan, yang berhak menentukan seseorang bersalah atau melanggar UU adalah Mahkamah Agung (MA), bukan orang per orang . “Untuk itu, Inul harus di bela mati-matian” Ujar dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, seraya dengan meminta Inul untuk tidak ambil pusing terkait hal itu dan tetap bernyanyi dan bergoyang seperti biasanya. “GITU AJA KOK REPOT” humor Gus Dur yang sangat familiar di telinga masyarakat indonesia.

 

Khazanah bernegara dan beribadah Sudah di contohkan oleh sosok Abdurohman wahid (Gus Dur) . mulai dari kritikan dan nasihat yang di kemas dengan humor, Gus Dur mengerti bagaimana nasihat dan kritikan yang berat ini bisa di terima oleh masyarakat awam. Sosok kesantriannya banyak di kutip di pelbagai kalangan pesantren hingga lintas Tokoh agamawan dan nilai-nilai tentang Sosial Gus Dur bisa di terimah oleh Masyarakat Non-muslim.

 

Pernah suatu malam ngerasani, mengobrol tentang sosok Gus Dur. Di meja kantor beliau di PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) di Jakarta penuh dengan buku, dan di dalam mobilnya di penuhi buku. Hingga menarik sebuah kesimpulan dalam ngerasani sosoknya, bisa jadi peran Buku pada sosok Gus Dur sebagai modal pandangannya atau bahkan Beliau adalah Wali tuhan yang pernah di ramal oleh Jayabaya , berkutat pada mitos atau fakta ini sangat membosankan.

 

Hal ini bisa kita ambil baiknya, yaitu menjadi remaja yang gemar membaca literasi bisa membantu pandangan kita dalam memandang negara atau dunia. Karena bagi penulis membaca buku sama halnya kita berdiskusi dengan sang penulis buku pada waktu yang sama. Dan buku adalah suatu barang yang bisa menghidupkan pemikiran sang pembaca.

 

“Jika ingin melihat Dunia Membaca lah, Jika ingin di kenang dunia maka Menulislah” _Gus Dur_.

 

Bagaimana Menurutmu?

 

 

 

Referensi:

 

1. Buku : “Humor GUS DUR” – Penulis : Burhani. MS

 

2. Buku : “Membuka kedok tokoh-tokoh Liberal dalam tubuh NU” informasi penyimpangan dan jawabannya – Penulis : H Muhammad Najih Maimoen

 

  1. 3. Buku : “The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid” – Penulis : Greg Barton
Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *