Gus Sholah adalah seorang Dosen dari Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo yang menghabiskan waktu S1 di Internasional Islamic Call, Tripoli Libya dan melanjutkan studi S2 nya di PBA UINSA. Beliau juga seorang penulis yang telah berhasil menciptakan buku berjudul ‘Semesta Diri’. Buku ini berisi tentang perjalanan diri manusia antara dirinya sendiri dan mahluk lainnya. Berlandaskan keilmuan yang telah dikantongi beliau, akhirnya kamipun meminta tolong agar beliau dapat menyukseskan acara motivasi oleh Duta Muda Sidoarjo di MA Muslimat Bilingual NU.
Berikut catatan dari Gus yang berdomisili di Candipari ini,
Kamis kemarin, saya digandeng oleh tim Duta Muda Sidoarjo untuk mendampingi salah satu program unggulan mereka yakni mendengar aspirasi, impian dan harapan para pemuda Sidoarjo selama lima sampai sepuluh tahun ke depan.
Acara bertajuk “Titik Cinta Bersatu Dalam Kebhinekaan” itu membawa harapan besar agar mereka lebih peka dengan kondisi kekinian dan turut serta dalam menyiapkan diri untuk berperan aktif dalam menata Sidoarjo ke depan dengan kunci lima “M”:
Mulai dari yang paling kecil
Mulai dari yang paling dekat
Mulai dari yang paling mudah
Mulai dari diri sendiri
dan Mulai sekarang juga
Acara berlangsung cukup meriah karena bersentuhan langsung dengan problematika kehidupan sehari-hari.
“Apa bedanya jodoh dengan takdir?” tanya seorang siswa.
“Apa perbedaan antara cinta dan obsesi?”
“Apakah untuk menjadi dutamuda harus ganteng atau cantik?”
Pertanyaan-pertanyaan itu tidak langsung kami respon akan tetapi langsung kami kembalikan pada para siswa sehingga forum yang mulanya nampak lesu itu menjadi segar.
Anak-anak muda seringkali dianggap sebagai manusia “kelas dua” baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkup organisasi masyarakat desa sehingga mereka mencari atau menciptakan komunitas sendiri yang menurutnya lebih “manusiawi” meskipun berdampak negatif. (Ika – Gus Sholah/Nisa)