(Indomiliter)
Serangan rudal anti kapal Hizbullah yang menghantam korvet Israel INS Hanit pada 14 Juli 2006, merupakan pertanda milisi yang berbasis di Lebanon ini tak bisa dipandang enteng dalam penggunaan senjata jarak jauh berpresisi. Dan ketika Israel terus menggempur Gaza dengan dukungan Amerika Serikat, maka potensi serangan rudal anti kapal Hizbullah menjadi ancaman serius.
Terkhusus bagi AS yang telah menempatkan dua kapal induk dan kapal selam nuklir di Laut Mediterania, potensi ancama serangan rudal anti kapal yang diluncurkan dari darat, tak bisa dianggap sebelah mata. Disebut bahwa kepemilikan rudal anti kapal oleh Hizbullah telah menjadi ancaman langsung bagi Armada AS.
Bila pada serangan Hizbullah ke korvet INS Hanit di tahun 2006 menggunakan rudal anti kapal (varian C-802) buatan Cina, maka kondisi saat ini, arsenal rudal anti kapal Hizbullah sudah jauh lebih kuat, yakni dengan pengguaan rudal anti kapal buatan Rusia, Yakhont – yang dikemas dalam sistem rudal pesisir K-300P Bastion.
Pemimpin Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah pekan lalu memperingatkan Washington bahwa kelompoknya mempunyai rencana untuk kapal-kapal AS yang dikerahkan ke wilayah tersebut sejak perang Hamas dan Israel meletus pada 7 Oktober 2023.
Dua sumber di Lebanon yang mengetahui persenjataan kelompok yang didukung Iran itu mengatakan Hizbullah kini mempunyai rudal 3M55E Yakhont buatan Rusia yang punya jangkauan 300 km. Laporan media dan analis mengindikasikan bahwa Hizbullah memperoleh Yakhont di Suriah setelah dikerahkan di sana lebih dari satu dekade lalu untuk membantu Presiden Bashar al-Assad dalam perang saudara.
Pola penembakan Yakhont dari daratan ke laut
Hizbullah menganggap kapal perang AS sebagai ancaman langsung karena kemampuan mereka untuk menyerang kelompok tersebut dan sekutunya. Nasrallah mengatakan dalam pidatonya pada hari Jumat bahwa kapal perang AS di Laut Mediterania “tidak membuat kami takut.”
Sumber: reuters.com