GIGILAN SENIMAN REZZA LELLYANA MEMBUAT PENASARAN

GIGILAN SENIMAN REZZA LELLYANA MEMBUAT PENASARAN

Cahaya yang redup dari satu lampu bewarna merah hadir membawa keindahan dan keharmonian Performance Art yang dibawakan oleh Rezza Lellyana, salah satu seniman dari komunitas Kolektif Rumah Seni Pecatingan Sidoarjo. Senin malam, 31 Oktober 2022.

Aksi pertama, penonton disuguhkan dengan adegan Lellyiana menggunakan piyama tipis bewarna merah tanpa lengan dengan panjang diatas lutut. Rambutnya terurai basah dengan makeup tipis seperti seorang wanita yang berjalan menuju kamar sehabis mandi.

Dia berjalan dari arah timur pendopo kearah pangung sebelah Utara dengan membawa kain bewarna merah.

Setelah sampai di pangung utama didepan pintu pendopo Utara dia duduk di kursi sederhana yang terbuat dari kayu yang terlentang sederhana tanpa corak apapun, ia mengocok tubuhnya tanpa arah dan kendali, sambil sesekali tertidur dengan kaki yang diangkat dan terbuka. Nampak juga seekor kucing hitam pekat yang berada tidak mau jauh dari seniman perempuan handal itu.

Bagi orang awam terhadap seni dan pertama kali menyaksikan karya ini, mungkin akan terasa aneh, lucu, dan bingung terkait makna seni yang disampaikan, karena selain gerakan yang tidak biasa adegan demi adegan ini tanpa disisipi komunikasi sama sekali.

Setelah perfomence dari Rezza Lellyana usai, dilanjut dengan bincang santai antara Zalfa Robby, Satria Bela, Rezza Lellyana yang merupakan aktris dan aktor seniman dari acara Pekansi Akhir Bulan yang dimulai dari pukul 10 pagi itu.

Dari perbincangan yang dipandu oleh Fedi bhakti patria itu, Rezza Lellyana sang aktris dalam pertunjukan terakhir itu menyampaikan bahwa hal yang ia sampaikan dari pertunjukannya tersebut menceritakan seorang yang menderita gangguan psikologi yang mengakibatkan sulitnya tidur dan gangguan ketenangan, ia menjalani hidupnya dengan penuh derita dan kesakitan hingga enehnya ending dari kehidupannya adalah mencari kedamaian setelah dengan kematian setelah sembuh
“Saya banyak menumui hal yang seperti itu ketika sedang bertemu dengan teman lainnya di berbagai kota di Indonesia, pilihan terakhir yang ia lakukan bahkan setelah sembuh adalah mencari ketenangan dengan kematian, makanya diakhir pertunjukan terdapat adegan tertidur sambil menutup sekujur tubuh dengan kain bewarna merah” pungkasnya.

Zalfa Robby menambahkan bahwa apa yang disampaikan dalam seni itu dapat disimpulkan berdasarkan audience masing-masing
“Seni itu identik dengan visual art, seni merupakan subjektif perorangan, sehingg terkadang setiap individu memahami seni dengan subjektifitasnya masing-masing.” (Ika/Nisa)

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *